Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi Membaca dan Numerasi


GUREE.ID, LHOKSEUMAWE, 27 November 2020, Mendikbud akan menghapus  UN pada tahun 2021, tetapi karena  Pandemi Covid-19 UN tahun 2020 ditiadakan. Penghapusan UN bukan berarti akan ada pengganti UN, jika selama ini  salah satu fungsi UN sebagai pemetaan mutu, maka pemetaan mutu pendidikan akan diberlakukan Asesmen Nasional (AN). AN bukanlah pengganti UN, karena AN  tidak menguji individu siswa, melainkan menguji perwakilan siswa kelas XI yang dipilih secara acak oleh sistem sebanyak 45 orang untuk 3 sesi.

Dampak dari revolusi industri 4.0, di mana banyak posisi pekerjaan buruh dan operator mesin sudah diotomasi, artinya banyak dikerjakan oleh robot. Ada pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh robot, pekerjaan yang membutuhkan penalaran dan Pemikiran semacam guru, dosen,  perawat, dokter, psikiater, bantuan hukum dan konsultasi dan lainnya. Kemudian tren dan permasalahan hasil belajar pendidikan dasar dan menengah putra putri Indonesia seperti tabel dibawah, kiranya cukup menjadi latar belakang kenapa harus Asesmen Nasional dan dimulai dengan Asesmen Kompetensi Minimum.

Asesmen Nasional akan dilaksanakan pada bulan Maret 2021, pertanyaannya adalah apakah sekolah sudah siap untuk melaksanakan AN.  Dari sisi fasilitas,  semua sekolah mungkin tidak ada kendala. Sekolah hanya mempersiapkan 15 unit PC/Laptop yang terkoneksi dengan jaringan internet. Pelaksanaan AN secara online berbeda dengan UN yang semi online, menggunakan server. Untuk 15 unit PC cukup tersedia internet dengan kapasitas 50 mbps. Kesimpulan sementara, sarana tidak ada masalah.

Yang kita khawatirkan adalah kesiapan Pembelajaran yang mengacu kepada Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Untuk itu perlu pencerahan kepada semua warga sekolah, terutama guru. Guru harus bisa menyusun RPP dan bahan ajar yang HOTS. Pembelajaran dan penilaian yang HOTS. 

Ada tiga ranah pengukuran dalam Asesmen Nasional:

  1. Asesmen Kompetensi Minimum, Literasi membaca dan Numerasi;

  2. Survey Karakter;

  3. Survey Lingkungan Belajar.

Ketika Literasi membaca masuk dalam ranah pengukuran AN, ini memberi sinyal bahwa siswa kita belum bisa membaca. Saya sering mengatakan bahwa janganlah siswaku membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibaca. Minat baca masyarakat Indonesia paling  rendah di dunia, angka yang dipublikasikan UNESCO  0.001%. Bagaimana bisa memahami dengan baik dan menalar dengan baik jika membaca saja belum menjadi budaya. Memiliki kemampuan untuk Memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.

Literasi Numerik, kemampuan berpikir menggunakan konsep,prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari berbagai jenis kontekse yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan Dunia. 

Komponen SKM dan bentuk soal pada berikut

Literasi membaca dan numerik hal yang sangat penting dan merupakan kecerdasan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena begitu penting maka jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dan matematika lebih banyak di sekolah. Membaca adalah mengerti, dan matematika mengajak siswa untuk berpikir dan menalar. 

Saya mengajak kita semua untuk berdiskusi lebih lanjut dengan orang yang berkompeten tentang AN, supaya bisa menyusun langkah-langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan.





0 Comments