Guree.id,Lhokseumawe - Kalau bicara soal puasa, umat Islam tentu sudah akrab dengan bulan Ramadhan, saat seluruh jamaah Muslim diwajibkan menahan lapar dan dahaga dari fajar hingga maghrib. Namun, ada juga puasa lain yang sifatnya sunnah—lebih ringan tapi penuh berkah seperti puasa Asyura. Lantas, apa sih yang membedakan puasa Asyura ini dibanding puasa lain? Mengapa ia sering disebut spesial dan mendapat anjuran langsung dari Nabi Muhammad SAW?
1. Waktu dan Makna
Sejarah yang Khas
Bulan pertama dalam
kalender Hijriah adalah Muharram, maka disunnahkan untuk berpuasa pada setiap
tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan puasa Asyura. Ini bukan puasa yang
diacak tanggalnya, melainkan dipatok ketat pada satu tanggal spesifik yang
punya nilai sejarah besar. Asyura mengandung makna peringatan atas peristiwa
penting, seperti selamatnya Nabi Musa dan Bani Israel dari kejaran Fir’aun
(sebagaimana diriwayatkan dalam hadis sahih). Jadi, puasa ini bukan hanya soal
puasa fisik, tapi menyangkut pengingat dan syukur atas pertolongan ilahi.
2. Puasa Sunnah
dengan Keutamaan Penghapusan Dosa Setahun
Berbeda dengan
puasa Senin-Kamis atau puasa putih (13, 14, 15 di bulan Hijriyah), puasa Asyura
memiliki keutamaan yang sangat terkenal, yakni menghapus dosa selama satu tahun
yang lalu. Hal ini tentu memberikan motivasi tersendiri bagi umat Islam agar tak
melewatkan kesempatan ini. Sementara puasa sunnah lain memiliki keutamaan
tersendiri, puasa Asyura bagaikan bonus tahunan dengan pahala besar dan
pengampunan yang luas.
3. Anjuran untuk
Berpuasa dengan Puasa di Sekitarnya
Nabi Muhammad SAW
pernah menganjurkan untuk berpuasa tidak hanya pada tanggal 10 Muharram, tetapi
juga menambah satu hari sebelumnya (9 Muharram) atau sehari sesudahnya (11
Muharram). Tujuannya? Supaya ibadah itu tidak sama persis dengan puasa Yahudi
pada hari Asyura. Ini menunjukkan betapa puasa ini bukan sekadar aktivitas
spiritual, tapi juga simbol keunikan dan identitas keislaman dalam konteks
sejarah umat lain.
4. Lebih dari
Sekadar Puasa, Ini adalah Momen Refleksi dan Syukur
Puasa Asyura tidak
hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga mengajak kita untuk merenung atas
keadilan, perjuangan, dan pertolongan Tuhan. Dari sudut pandang tasawuf dan
spiritualitas Islam, puasa ini menjadi momen untuk membersihkan hati, mengasah
kesabaran, serta memperbaiki hubungan dengan Allah dan manusia.
5. Tidak Wajib,
Tapi Sangat Dianjurkan dan Terikat dengan Tradisi Nabi
Berbeda dengan
puasa Ramadan yang wajib, puasa Asyura adalah sunnah mu’akkadah (sangat
dianjurkan). Bagi para pecinta tradisi dan sunnah, menjalankan puasa ini terasa
seperti menjemput berkah yang sudah dihidupkan oleh praktik Nabi SAW sejak
zaman Madinah.
Kalau puasa Ramadan
itu seperti acara TV yang wajib ditonton berturut-turut satu bulan penuh, puasa
Asyura adalah semacam “episod spesial” yang berdurasi satu hari penuh makin
manis dengan bonus pahala super. Jadi, nggak ada ruginya loh ikutan!
Puasa Asyura
memiliki keunikan pada waktu pelaksanaan yang bersifat peringatan sejarah,
keistimewaan penghapus dosa selama setahun, dan anjuran untuk memperluas puasa
di sekitarnya. Ia bukan sekadar puasa sunnah biasa, namun jendela spiritual
untuk merefleksikan kasih sayang dan pertolongan Allah SWT yang tak lekang oleh
waktu.
Referensi:
HR. Muslim dan
Bukhari tentang puasa Asyura
Dr. Ingrid Mattson,
“The Spirituality of Fasting in Islam”, Islamic Horizons
Rumi, dalam konteks spiritualitas dan pembersihan jiwa
0 Comments