Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli, Kegiatan biasa dilakukan pada hari tersebut bergembira dan pemberian hadiah. Hal yang perlu disadari dan digaris bawahi bahwa tidak cukup dengan menggembirakan di momen itu saja tetapi lebih memperhatikan kepada tumbuh dan berkembang anak sesuai harapan untuk itu hak-hak anak harus dipenuhi seperti pendidikan, perlindungan dan bahagia sepanjang hayat. Jangan ada kekerasan dalam mendidik anak karena Menurut UNICEF, hampir 1 dari 5 anak di dunia mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk. Memikirkan angka ini saja sudah cukup untuk membuat hati kita tergerak—bahkan mungkin dengan secangkir kopi di tangan sekalipun.
BACA JUGA : Tantangan Terbesar dalam Hijrah Hati: Melintasi Gurun Batin Menuju Cahaya
Masa kanak-kanak adalah panggung eksplorasi dan penemuan jati diri. Namun, pernahkah Anda merasa, bahwa anak-anak di sekitar kita kini didorong untuk tumbuh terlalu cepat? Dari tuntutan akademik yang melelahkan hingga pengaruh teknologi yang kadang tak terkontrol, mereka menghadapi dunia yang penuh tantangan yang bahkan orang dewasa pun bisa mengeluh. Psikolog perkembangan, Dr. Elizabeth Berger, menyebut pentingnya “waktu bermain bebas” sebagai elemen kunci bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Jadi, mungkin sudah saatnya kita bertanya pada diri sendiri: apakah kita benar-benar memberikan yang terbaik untuk mereka?
BACA JUGA: Dukungan Orang Tua dalam Pembelajaran Anak: Kunci Keberhasilan Pendidikan
Tentu saja, momen seperti Hari Anak Nasional mengajak kita untuk tidak sekadar merenung, tetapi juga bertindak. Bisa dimulai dari hal sederhana—mendengarkan cerita mereka tanpa menghakimi, menyediakan ruang aman untuk berekspresi, hingga memperjuangkan kebijakan yang melindungi hak-hak mereka. Mengutip kata-kata Nelson Mandela yang sangat terkenal: “Tidak ada warisan yang lebih besar bagi sebuah bangsa selain generasi yang bahagia dan sehat.” Bukankah itu misi yang layak untuk kita bersama?
Satu hal menarik yang sering terlupakan ialah bahwa anak-anak juga guru terbaik kita. Dengan kejujuran dan kemurnian mereka, mereka mengingatkan kita arti sederhana dari kebahagiaan—bukan soal materi atau ambisi, tapi momen-momen kecil yang penuh keajaiban. Ketika kita merayakan Hari Anak Nasional, mari kita juga merayakan sisi kemanusiaan kita yang mungkin sudah lama terkubur di bawah kerasnya kenyataan dunia dewasa.
BACA JUGA: Relevansi Unsur Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Modern
Akhir kata, Hari Anak Nasional bukan hanya soal anak-anak, tapi tentang bagaimana kita ingin dunia ini dikenang oleh generasi selanjutnya. Apakah mereka akan mengenang kita sebagai orang-orang yang peduli dan penuh cinta, atau sebaliknya? Jawaban ini ada di tangan kita hari ini—lagi pula, setiap anak adalah harapan yang perlu kita rawat dengan sepenuh hati.
0 Comments