Upaya Penyelamatan Siswa Kelompok Rentan Di Sekolah

GUREE.ID,LHOKSEUMAWE, Kita masih ingat lirik lagu Iwan Fals pada era tahun 80 han, yang mengisahkan seorang guru Umar  Bakri  dengan sepeda kumbangnya. Menjadi ilustrasi bahwa realita seorang guru pada zaman tersebut. Saya kilas balik sejenak dengan keadaan guru saya tahun 70 han, waktu itu tahun 1973 saya bersekolah di SD Negeri Kuta Jeumpa Bireuen. Guru saya ibu Nursyidah, Buk Is, Ibu Fau, Ibu Fatimah, Ust. Jamin, dan Kepala Sekolah Bapak Yunus, beliau semua ke sekolah mendayung sepeda. Tetapi Ketulusan dan keikhlasan dalam mendidik luar biasa, Terimakasih guruku atas curahan ilmu nya kepada kami, semoga Allah melibatkan gandakan pahala untuk mu.

Kini jaman sudah berubah, tidak bisa kita putar jarum jam ke belakang, hanya bisa mengingat masa lalu dan menjadi kenangan. Kita harus menjalani masa kini yang penuh globalisasi. Kita tidak bisa lari dari carut marutnya kondisi hari ini, termasuk dunia pendidikan. Orang tua dan guru mendapat tantangan yang luar biasa berat dalam mendidik anak zaman-Z. Fenomena perilaku siswa saat ini sangat memprihatinkan, tidak disiplin dan tidak hormat pada gurunya, berbeda dengan murid dulu yang  disiplin dan sangat menghormati gurunya. Bukankah menghormati guru salah satu jalan keberkahan dalam memperoleh ilmu.

Fenomena lain adalah:

  1. Siswa bolos sekolah, dari rumah berangkat ke sekolah tetapi tidak sampai;

  2. Siswa merokok dan nyabu;

  3. Siswa broken (orang tua pisah, sering cekcok, atau tidak perduli);

  4. Siswa pacaran dan over action;

  5. Siswa miskin;

  6. Siswa kurang semangat dan tidak minat kuliah.

  7. Siswa kecanduan dengan game online (Judi).

Fenomenal di atas secara garis besar saja, itulah jenis kelompok siswa  rentan dan miskin yang membutuhkan penanganan khusus. Pengertian rentan, sudah sekarat untuk gairah bersekolah, jadi membutuhkan intervensi dari Sekolah supaya siswa tersebut kembali lagi ke sekolah dengan penuh semangat dan harapan masa depan yang lebih baik. Rentan bukan selesai dengan Beasiswa miskin atau yatim, tidak cukup penaganan dengan fasilitas tersebut. Bisa jadi siswa yang tergolong rentan datang hanya pada saat beasiswa cair.

Penanganan kelompok rentan harus direncanakan dan dibuat tim atau diawali oleh wali kelas terlebih dahulu, jika sudah kronis baru mengajak tim. Kunjungan ke rumah tidak cukup sekali, harus berkali-kali sampai berhasil mengembalikan siswa ke sekolah. Upaya mengembalikan siswa ke sekolah, wali kelas bisa mengajak guru BK, Wakil Kepala sekolah dan Kepala Sekolah bila diperlukan. Bimbing lah mereka dengan sepenuh hati, dengan kasih sayang, karena haus kasih sayang. Kasih sayang sudah hilang karena kebanyakan siswa dari keluarga broken home. Ada siswa yang sekolahnya senin, kamis kayak puasa saja. 

Pandemi Covid-19 menyebabkan lose control siswa dari orang tua, sehingga menjadi kebiasaan nongkrong di cafe dengan dalih anak buat tugas. Siswa nongkrong dimana jaringan wifi bisa dimanfaatkan. Suatu hari Saya bersama wakil dan satpam sidak ke kios yang sering nongkrong siswa yang bolos sekolah. Kami mendapati siswa menggunakan baju bebas alasan sakit tangan, anehnya main hp lancar. Lalu kami minta kerja sama dengan pemilik kios, "Jika ada siswa kami dari pukul 7.45 Wib. sampai dengan pukul 12.00 wib. Jangan dilayani dan mohon diarahkan ke sekolah.

Ada sebuah cafe yang yang jaraknya 4 Km. dari sekolah, sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak siswa dari berbagai sekolah asyik main game di Cafe tersebut. Pihak cafe memfasilitasi, artinya welcome saja siswa untuk menghabiskan waktunya di cafe. Benar-benar lose control, jika siswa dari jam pertama tidak masuk sekolah, langsung ke cafe ini tanggung jawab siapa. Orang tua harus peduli dengan kondisi ini. Pihak sekolah harus membangun komunikasi dengan orang tua, orangtua tidak datang ketika diundang, wali kelas yang mendatangi rumah orang tua siswa. Ada orang tua sudah malu ketika dipanggil ke sekolah. Tetapi dia tidak mampu mengendalikan dan membimbing anaknya. Fenomena ini tidak bisa dibiarkan, kolaborasi antara sekolah orang tua dan masyarakat melahirkan sinergisitas untuk melakukan tugas mulia ini.

Bentuk intervensi yang dapat dilakukan oleh sekolah:

  1. Pemetaan kelompok rentan oleh wali kelas;

  2. Data harus akurat meliputi tempat tinggal dan status rumah, jumlah keluarga, hubungan Ayah bunda apakah broken, pekerjaan ayah, ibu, Nor WA yang dapat dihubungi, sampai pacar siswa harus tahu;

  3. Pastikan informasi sampai melalui WA, dan ada yang bertanggung jawab untuk menyampaikan kepada keluarga;

  4. Kunjungan ke rumah secara berkala;

  5. Jalin komunikasi dengan Keplor/KaDus atau Perangkat desa lainnya;

  6. Memenuhi kebutuhan atribut sekolah, sepatu, baju dan lainnya melalui Program Guru dan Alumni Peduli;

  7. Bimbingan intensif dari guru BK;

  8. Temukan kelebihan yang dimiliki siswa dan masukkan ke dalam kelompok Ekskul yang cendrung bisa berprestasi;

  9. Sekolah harus menjamin kenyamanan siswa rentan;

  10. Buat evaluasi oleh tim penanganan kelompok rentan secara berkala.

Poin tersebut diatas silahkan ditambah atau disempurnakan, bertujuan untuk memastikan kelompok rentan dapat ditangani dengan baik. Siswa dapat kembali ke sekolah dengan senang hati dan ada kenyamanan. Saya mengapresiasi kepada keluarga besar SMA N 5 Lhokseumawe yang telah peduli kepada Siswa nya bernama zahra yang beralamat di desa Meunasah Mee Kandang. Sekolah mengidentifikasi masalah yang dihadapi melalui wali kelas. Fakta yang ditemukan sampai viral di medsos. Sekolah memfasilitasi sampai berdirinya sebuah rumah yang layak huni bagi keluarga zahra.

Program penyelamatan siswa kelompok rentan adalah tugas mulia, mari masing-masing kita dapat berkontribusi dengan maksimal. Merek adalah aset bangsa yang harus diselamatkan. Mari kita berbagi dalam program Guru dan Alumni Peduli di lingkungan sekolah tempat tugas kita. 

Baca juga: 

0 Comments