Guree.id, Lhokseumawe - Kita mengucap syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas kesempatan yang telah diberikan-Nya untuk melaksanakan Shalat Idul Adha. Shalawat senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam.
Nabi Ibrahim, bapak
para Nabi yang hidup sekitar 3000 tahun yang lalu, tetapi kisah kehidupannya
masih sangat relevan dan patut menjadi contoh bagi kita. Di tengah kemudahan
zaman modern yang serba instan, ada pertanyaan besar yang perlu kita renungkan,
yaitu: apakah kita benar-benar merasakan kebahagiaan?
Kenyataan hari ini
menunjukkan bahwa banyak orang mengalami depresi, stres, bahkan hingga penyakit
fisik seperti stroke karena kesedihan dan ketakutan dalam menjalani kehidupan.
Di sinilah keimanan kepada Rabbunallah menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi
persoalan-persoalan tersebut, sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim.
Banyak anak hari
ini kehilangan sosok orang tua, dan mereka merasa kebingungan tanpa arah siapa
yang akan membimbing dan melanjutkan perjalanan kehidupan mereka. Kisah Nabi
Ibrahim yang diusir oleh orang tuanya ketika usianya 15 tahun, bahkan sampai
dihadapkan pada api yang seharusnya membakarnya namun menjadi dingin atas kuasa
Allah, mengajarkan kita tentang ketabahan dan ketaqwaan.
Ketika Ibrahim
meninggalkan Hajar bersama bayi Ismail di tengah gurun tandus tanpa makanan dan
air, secara nalar seharusnya tidak mungkin untuk bertahan hidup. Namun,
keimanan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar terhadap Allah membuahkan keajaiban, di
mana saat Hajar mencari air antara Shafa dan Marwah, mata air pun muncul karena
pertolongan Allah.
Allah sekali lagi
menguji kesabaran Nabi Ibrahim ketika Ismail telah dewasa, anak tunggal yang
dicintainya, dengan perintah untuk menyembelihnya. Nabi Ibrahim memahami bahwa
Ismail adalah anugerah dari Allah, dan kapan pun Allah mencabutnya, itulah
hak-Nya.
Di khutbah terakhir
Rasulullah pada musim haji yang disebut haji wada', beliau menyampaikan pesan
tegas bahwa darah, harta, dan kehormatan seorang Muslim adalah haram untuk
disakiti, sebagaimana suci tanah di hari itu. Praktik-praktik dalam kehidupan
sehari-hari harus selaras dengan ajaran agama agar mencapai kebahagiaan yang
hakiki. Menjauhi zalim terhadap sesama manusia penting, karena pahala dan amal
yang dilakukan akan berpindah kepada orang yang dizalimi.
Demikian khutbah
singkat Hari Raya Idul Adha 1446 H. yang disampaikan oleh khatib Ust. Imanullah
Karim, S. Si.,M.Si.
0 Comments