Guree.id,Lhokseumawe - Ketika kita berbicara tentang kualitas pembelajaran, seringkali yang terbayang adalah nilai ujian yang tinggi, ranking di kelas, atau jumlah materi yang berhasil diserap. Padahal, pendidikan sejati memiliki dimensi jauh lebih dalam daripada sekedar angkanya di atas kertas.
Prof. John Hattie, seorang pakar dalam bidang pendidikan dari Universitas Melbourne, mengungkapkan melalui metaanalisisnya yang masif bahwa kualitas pembelajaran yang paling efektif bukan saja ditentukan oleh metode pengajaran guru, tetapi juga oleh keterlibatan aktif siswa dalam proses tersebut. Artinya, pembelajaran yang berkualitas mengharuskan siswa terlibat penuh — bukan pasif menerima informasi, melainkan aktif merenung, bertanya, dan mencoba memahami secara mendalam.
Tentu, kita semua tahu betapa sulitnya mengukur pemahaman sejati hanya dari sebuah ujian tertulis. Sejumlah riset bahkan menunjukkan bahwa model penilaian berbasis tes seringkali gagal menangkap kreativitas, kemampuan berpikir kritis, dan empati — atribut-atribut penting yang menjadi inti pembelajaran bermakna.
Maka, apa sesungguhnya yang membuat sebuah pembelajaran berkualitas? Jawabannya ada pada keseimbangan. Keseimbangan antara teori dan praktik, antara pengetahuan dan pengalaman, antara pengajaran dan penyelidikan mandiri.
Saya ingat pengalaman pribadi ketika mencoba memahami konsep matematika yang membuat kepala pusing tujuh keliling di kelas. Baru ketika saya mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari—seperti menghitung anggaran belanja mingguan atau memperkirakan waktu tempuh—ilmu itu berubah menjadi sesuatu yang hidup dan berguna. Pembelajaran yang berkualitas menghadirkan “momen aha!” seperti inilah.
Hal menarik lainnya adalah peran teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut data dari UNESCO, penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu menyediakan materi pembelajaran yang lebih interaktif dan dapat diakses oleh berbagai kalangan. Namun, teknologi hanyalah alat. Tanpa motivasi dan keterlibatan aktif dari pelajar, teknologi pun menjadi sia-sia.
Dalam konteks yang lebih besar, kualitas pembelajaran juga berpengaruh terhadap masa depan bangsa. Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, pembelajaran berkualitas adalah fondasi dari Indonesia maju. Ia mengajak kita untuk mengedepankan pembelajaran yang kreatif dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Kita sebagai individu juga bisa menjadi agen perubahan dalam kualitas pembelajaran kita sendiri. Mulailah dengan membangun rasa ingin tahu, tidak takut untuk gagal, dan berani bertanya. Sebagaimana kata Albert Einstein, ”Maka jangan biarkan pembelajaran berlalu begitu saja seperti angin lalu".
Saat kita menilai kualitas pembelajaran, ingatlah bahwa yang berharga bukan hanya apa yang kita pelajari, melainkan bagaimana kita belajar dan apa yang kita lakukan dengan ilmu itu. Pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang mengubah cara kita melihat dunia dan memberi kita alat untuk berkontribusi dalam kehidupan yang lebih baik.
Jadi, bagaimana dengan Anda? Apakah Anda masih mengukur kualitas pembelajaran hanya dari seberapa sering Anda menghafal, atau sudah mulai merasakan getaran ilmu yang benar-benar menginspirasi dan memotivasi Anda? Karena kualitas pembelajaran bukan hanya tugas guru atau sekolah, tapi juga perjalanan seumur hidup kita semua.
0 Comments