Guru Butuh Kesabaran Ekstra Dalam Merubah Perilaku Siswa

guree.id, Lhokseumawe, 7 April 2020

Tidak mudah merubah perilaku siswa ke Arah lebih baik, siswa yang berakhlakul karimah sebagaimana harapan orang tua, masyarakat dan harapan kita semua. Untuk itu perlu kesabaran dalam menjalani proses ini. Guru adalah teladan bagi peserta didik dan menjadi panutan dalam masyarakat, itu bagian dari kompetensi kepribadian yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru. Tetapi bagaimana halnya ketika suara guru tidak didengar lagi oleh muridnya dan perilakunya tidak ditiru, ada apa yang salah.

Ada dua kemungkinan:

Pertama, fungsi guru sudah bergeser dari mendidik ke mengajar semata, guru tidak lagi peka terhadap sikap dan perilaku siswa. Persoalan siswa di kelas yang paling besar tantangan saat ini bukan mempersiapkan materi atau menjawab persoalan siswa, tetapi bagaimana mengaktifkan seluruh siswa supaya memperhatikan materi yang sedang disampaikan dan dibahas. Siswa tidak fokus dalam pembelajaran, sepertinya mereka tidak butuh dengan ilmu yang disampaikan oleh guru. 

Kondisi hari ini Administrasi guru pun setiap saat berubah, tidak ada yang baku dan bisa bertahan lama akhirnya guru disibukkan dengan mempersiapkan administrasi sehingga tugas dan fungsi utama sebagai agen perubahan perilaku siswa terabaikan. Mudah-mudahan Tpp satu lembar cepat terealisasi. Guru juga disibukkan dengan memenuhi jam kerja sampai mengajar di dua sekolah sehingga fungsinya guru sedikitnya terganggu. Guru dalam bertugas membimbing anak didik sangatlah ekstra hati-hati dan tidak sedikit teman guru yang mengurut dada dan diam karena siswa sekarang berani melawan.  Saya tidak bisa membayangkan jika ini terus menerus berlangsung, harapan dan tujuan pendidikan Indonesia menjadi Insan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berakhlak mulia tinggal dalam Undang Undang dan Keputusan saja. Mewujudkan bangsa Indonesia yang memiliki daya saing global ditentukan oleh bagaimana proses PBM yang dilakukan guru. 

Kedua, Faktor siswa, sikap dan perilaku siswa sudah tidak hormat lagi pada gurunya, mereka  ke sekolah hanyalah menghabiskan waktu dengan sia-sia saja, mereka tidak perlu tahu apa tujuan sekolah dan target apa yang dicapai, sepertinya mereka apatis terhadap suasana kelas belajar, maunya suka-suka mereka, mau tidur sampai ngorok, mau ketawa, dan bicara sesama teman. Intinya mereka seperti  tidak butuh dengan semua proses pembelajaran, maunya mereka yang saya amati “Sekolah Tidak Ijazah Ada (STIA)”. Kan jadi aneh, sementara untuk lulus harus melewati Standar minimal yang ditetapkan oleh Kementrian dan sekolah, dan itu butuh proses. Memang jaman sudah Edan dan tak terkendali kecuali orang-orang yang  memiliki harapan dan berani bermimpi untuk masa depannya. 

Kondisi diatas menarik untuk dikaji agar permasalahan apa dan kemauan siapa, jangan-jangan mereka terpaksa menjalaninya. Penyebab siswa bisa bersikap seperti itu tidak terlepas juga dari peran orang tua di rumah bagaimana mengasuh dan memberi contoh. Jika contoh yang baik maka anak akan meniru yang baik dan jika contoh yang tidak baik maka tidak baiklah perilaku anak. Maka pembiasaan hal-hal yang baik di rumah dan lingkungan siswa mutlak wajib dilakukan orang tua.


0 Comments