Harta Dan Anak Sebagai Cobaan Hidup Di Alam Fana

GUREE.ID, LHOKSEUMAWE, Harta dan anak bisa membawa kebahagian bagi kita dan juga bisa membawa mala petaka. Harta bisa membuat kita mabuk dan lupa segalanya. Harta bisa menjebak kita ke neraka, jika kita tidak bersyukur dengan harta yang sudah disinggahkan kepada kita. Dalam harta kita ada hak-hak orang fakir, miskin dan hak anak yatim. Jika hak tersebut tidak kita keluarkan berarti kita sudah memakan hak orang lain. Manusia seperti ini dhalim dan tergolong bakhil, Allah tidak suka itu. Lebih parah lagi harta bisa menjebak seseorang menjadi syirik karena menyembah harta. Janganlah lupa, harta itu adalah sebagai alat kelengkapan hidup kita di dunia dan jangan lupa kepada yang memberi harta kepada kita. Ada sebagaian orang asyik menumpuk-numpuk harta, buku tabungannya bertambah, ladangnya betambah, sawahnya bertambah. Tetapi untuk dirinya saja dia bakhil, artinya mendaftar haji dan umrahpun terlewatkan.

Harta itu hanya singgahan, tunaikan kewajiban mu atas hartamu, berzakat, berinfak dan bersedeqah supaya ada keberkahan di dalamnya. Ketika kita kembali kepada sang Khalik yang kita bawa hanyalah beberapa meter kain putih saja. Harta yang ditinggalkan akan menjadi rebutan anak dan ahli waris, tidak bisa membawa syafaat kepada kita di alam kubur. Kecuali harta yang di wakafkan, zakat, infak dan sedeqah menjadi pahala jariah, akan mengalir terus walaupun kita sudah tiada. Kita harus mempertanggungjawabkan didepan Allah SWT. Kita dapat dari mana dan dipergunakan kemana hata yang disinggahkan Allah. Janganlah gara-gara harta memperpanjang waktu hisab kita di yaumil masyar nanti. 

Anak adalah amanah yang harus dijaga dan dipelihara. Semua orang menginginkan anaknya bahagia. Kita membutuhkan bantuan anak sebagai orang yang memperhatikan kita kelak. Bagaimana membuat anak bahagia dan batasan bahagia yang mana yang kita gunakan. Perilaku anak adalah hasil produk keluarga, baik atau tidaknya anak tergantung Branding apa yang disematkan padanya semasa ia masih bersama kita, ya katakan saja paling lama 18-24 tahun. Setelah itu sudah menjadi bahagian dari keluarga orang lain. Tetapi ikatan emosional kita dengan anak tidak dapat dipsisahkan sampai kapanpun. Walaupun anak kita sudah menjadi anggota keluarga orang lain, peutuah dan nasehat dari kita tetap meruapakan kewajiban untuk menyampaikannya. 

Fenomena hari ini yang kita saksikan anak seperti tidak bertuan, tumbuh dan bekembang apa adanya terutama perilaku yang berakhlalkul karimah seperti tidak ada intervensi dari orang tua. Anak berbuat seenaknya, pergi ke mana saja dan pulang kapan saja tidak ada urusan dengan orang tua. Anak keluyuran dan begadang, seperti hal yang sudah biasa, padahal anak usia sekolah masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tua. Dimana posisi orang tua pada hari ini, apakah sudah berubah posisi menjadi diam dan apatis terhadap perilaku anak.  Trend masa kini anak disibukkan dengan Gadget/HP android, lihatlah fenomena itu baik di kota, kampung tidak jauh berbeda. Pernahkah kita memeriksa apa yang dikerjakan anak dengan HP nya itu. HP telah merusak anak kita melalu game online atau judi online/Chip/sticker dan lainnya, jangan anggap itu biasa. Judi merupakan dosa besar dan sangat berdampak terhadap perilaku hidup seseorang.  

Orang tua akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah dihari perhitungan, tentunya orang tua tidak mau masuk neraka gara-gara anak. Untuk itu orangtua harus bisa memposisikan diri sebagai pendidik, pengawal, bahkan sebagai reporter bagi anaknya. Bisa tidak ya, tidak pernah bosan kita menyuarakan untuk berbuat kebaikan. Jangan pernah diam untuk menyuasuarakan kebaikan, menyuruh yang baik walaupun itu diulang berpuluh kali. Kita, orang tua butuh kesabaran dalam membesarkan dan mendidik anak. Apalagi anak zaman sekarang, apa yang salah jika dibandingkan dengan zaman saya dan anda dulu. Anak zaman sekarang keras kepala susah diatur, mereka punya kemauan sendiri, Apakah demikian. Mendidik anak zaman now tantangan lebih besar, pengaruh lingkungan paling dominan, dengan berbagai informasi negatif. Apakah kita bisa melewatinya dengan selamat, artinya dimasa kelabilan anak harus berada dibawah kendali kita. Jangan sempat los control, sehingga anak bisa dikendalikan oleh pihak lain. Habis kita.  

Referensi: Tafsir Ibnu Katsir



0 Comments